EROPA SEPAKAT
MEMERLUKAN SAWIT INDONESIA
Paparan delegasi Indonesia dalam konferensi sawit Eropa, European Palm Oil
Conference (EPOC) 2015, membuahkan hasil. Konferensi tersebut menyimpulkan
bahwa mengganti sawit dengan minyak nabati lainnya belum tentu lebih baik bagi
kesehatan, bahkan bisa berdampak lebih buruk dari aspek lingkungan.
Pemaparan Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDPS) pada
EPOC di Milan, 29 Oktober 2015, secara tegas menyatakan bahwa sawit Indonesia
di kelola berdasarkan prinsip-prinsip lingkungan berkesinambungan dan bertujuan
meningkatkan kesejahteraan para petani sekaligus menjaga keamanan bahan pangan
bagi Indonesia maupun dunia.
Dalam 35 tahun ke depan saat penduduk dunia mencapai 9,6 miliar orang maka
kebutuhan minyak nabati di dunia sebesar 20 juta ton per tahun, saat itu minyak
sawitlah yang secara efesien yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut mengingat
kebutuhan lahan sawit saat itu hanya sekitar 52 juta hektare (ha). “Hal ini
mengingat efesiensi lahan sawit yang penggunaannya hanya kurang dari
sepertiganya dibanding kebutuhan lahan minyak nabati lain seperti rapeseed
maupun minyak kedelai,”
Eropa merupakan pasar utama bagi sawit Indonesia. Pada 2014 telah mencapai
sekitar 3,09 juta ton dengan pintu masuk utama melalui Belanda dan Italia. Eropa
merupakan pasar ketiga terbesar setelah ke India 3,87 juta ton dan ke Tiongkok
3,2 juta ton.
Komitmen Indonesia untuk menjalankan prinsip perkebunan yang
berkesinambungan. Hal ini dibuktikan bahwa 51% dari 2,56 juta ha lahan sawit
di dunia yang bersertifikasi CSPO adalah lahan di Indonesia. Peningkatan jumlah
lahan bersertifikasi di kalangan petani mencapai 345% yakni 145 ribu ha
lahan yang dimiliki lebih dari 50 ribu petani pada akhir Oktober tahun lalu.
Menyinggung yang menjadi perhatian konsumen di Eropa, dapat dijelaskan
bahwa kandungan minyak kelapa sawit yang mempunyai kandungan minyak yang baik
dalam darah (HDL) selain tidak adanya aturan dari pemerintah manapun yang
melarang penggunaan minyak sawit sebagai bahan makanan. Bayu juga menuturkan
manfaat minyak sawit yang di gunakan untuk program fortifikasi vitamin A di
Indonesia yang telah menurunkan tingkat defisiensi vitamin A sebanyak 18% bagi
anak di bawah 5 tahun dan 11% dikalangan ibu menyusui.
Terkait kebakaran lahan dan gangguan asap di Indonesia, dari data yang
menyebutkan 1,7 juta ha terbakar, hanya terdapat 10-20% lokasi di sekitar lahan
sawit yang terbakar. Ini jauh lebih kecil di banding angka kebakaran yan
terjadi di Kanada yang mencapai 3 juta ha maupun USA 3,4 juta ha.
“Masyarakat sawit Indonesia sangat terbuka untuk bekerja sama dengan
pihak-pihak yang mempunyai teknologi mutakhir untuk
pencegahan dan pemadaman lahan yang terbakar”
Kesimpulan konferensi yang oleh Frans Claasen, pimpinan EPOA, pada
penutupan konferensi EPOC 2015 yang menyebutkan bahwa mengganti sawit belum
tentu menjadikan lebih bagi solusi kesehatan tetapi bisa jadi akan memburuk
dampak lingkungan. Karena itu, memboikot sawit bukan merupakan solusi untuk
masalah lingkungan. Kesimpulan itu merupakan kemajuan besar dalam menjawab
kampanye negative terhadap sawit Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar