Selasa, 24 Mei 2016

NEGARA EROPA SEPAKAT MEMERLUKAN MINYAK SAWIT INDONESIA



EROPA SEPAKAT MEMERLUKAN SAWIT INDONESIA

Paparan delegasi Indonesia dalam konferensi sawit Eropa, European Palm Oil Conference (EPOC) 2015, membuahkan hasil. Konferensi tersebut menyimpulkan bahwa mengganti sawit dengan minyak nabati lainnya belum tentu lebih baik bagi kesehatan, bahkan bisa berdampak lebih buruk dari aspek lingkungan.


Pemaparan Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDPS) pada EPOC di Milan, 29 Oktober 2015, secara tegas menyatakan bahwa sawit Indonesia di kelola berdasarkan prinsip-prinsip lingkungan berkesinambungan dan bertujuan meningkatkan kesejahteraan para petani sekaligus menjaga keamanan bahan pangan bagi Indonesia maupun dunia.

Dalam 35 tahun ke depan saat penduduk dunia mencapai 9,6 miliar orang maka kebutuhan minyak nabati di dunia sebesar 20 juta ton per tahun, saat itu minyak sawitlah yang secara efesien yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut mengingat kebutuhan lahan sawit saat itu hanya sekitar 52 juta hektare (ha). “Hal ini mengingat efesiensi lahan sawit yang penggunaannya hanya kurang dari sepertiganya dibanding kebutuhan lahan minyak nabati lain seperti rapeseed maupun minyak kedelai,” 

Eropa merupakan pasar utama bagi sawit Indonesia. Pada 2014 telah mencapai sekitar 3,09 juta ton dengan pintu masuk utama melalui Belanda dan Italia. Eropa merupakan pasar ketiga terbesar setelah ke India 3,87 juta ton dan ke Tiongkok 3,2 juta ton.

Komitmen Indonesia untuk menjalankan prinsip perkebunan yang berkesinambungan. Hal ini dibuktikan bahwa 51% dari 2,56  juta ha lahan sawit di dunia yang bersertifikasi CSPO adalah lahan di Indonesia. Peningkatan jumlah lahan bersertifikasi di kalangan petani mencapai  345% yakni 145 ribu ha lahan yang dimiliki lebih dari 50 ribu petani pada akhir Oktober tahun lalu.

Menyinggung yang menjadi perhatian konsumen di Eropa, dapat dijelaskan bahwa kandungan minyak kelapa sawit yang mempunyai kandungan minyak yang baik dalam darah (HDL) selain tidak adanya aturan dari pemerintah manapun yang melarang penggunaan minyak sawit sebagai bahan makanan. Bayu juga menuturkan manfaat minyak sawit yang di gunakan untuk program fortifikasi vitamin A di Indonesia yang telah menurunkan tingkat defisiensi vitamin A sebanyak 18% bagi anak di bawah 5 tahun dan 11% dikalangan ibu menyusui.

Terkait kebakaran lahan dan gangguan asap di Indonesia, dari data yang menyebutkan 1,7 juta ha terbakar, hanya terdapat 10-20% lokasi di sekitar lahan sawit yang terbakar. Ini jauh lebih kecil di banding angka kebakaran yan terjadi di Kanada yang mencapai 3 juta ha  maupun USA 3,4 juta ha. “Masyarakat sawit Indonesia sangat terbuka untuk bekerja sama dengan pihak-pihak yang mempunyai teknologi mutakhir untuk pencegahan dan pemadaman lahan yang terbakar”

Kesimpulan konferensi yang oleh Frans Claasen, pimpinan EPOA, pada penutupan konferensi EPOC 2015 yang menyebutkan bahwa mengganti sawit belum tentu menjadikan lebih bagi solusi kesehatan tetapi bisa jadi akan memburuk dampak lingkungan. Karena itu, memboikot sawit bukan merupakan solusi untuk masalah lingkungan. Kesimpulan itu merupakan kemajuan besar dalam menjawab kampanye negative terhadap sawit Indonesia.

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar